BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Imam Abu Dawud, merupakan salah satu dari Kutubut Tis'ah (sembilan kitab hadits utama di kalangan Sunni).
Abu Dawud adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud. Untuk mengumpulkan hadits, beliau bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.
Bapak beliau yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan beliau dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits.
Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana beliau menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang beliau katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya beliau telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.[1]
Setelah beliau masuk kota Baghdad, beliau diminta oleh Amir Abu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan beliau menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat beliau berhenti dalam mencari hadits.
Untuk mengetahui lebih luas tentang perawi hadist “Imam Abu daud”, maka penulis akan membahas secara detail riwayat hidup beliau dalam dalam berbentuk Makalah sebagai berikut.[2]
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah,
1. Bagaimana Biografi Imam Abu Daud?
2. Bagaimana Silsilah Imam Abu Daud
3. Berapa tanggal kelahiran Imam Abu Daud?
4. Bagaimana Imam Abu Daud dalam Menuntut Ilmu?
5. Apa-apa saja Karya-karyanya?
6. Bagaimana Madhabnya?
7. Bagaimana sejarah Penulisan Kitab Imam Abu Daud?
8. Bagaimana Sistematika Penulisannya?
9. Apa Isi Kitab Imam Abu Daud?
10. Bagaimana Derajat Hadist Imam Abu Daud?
11. Bagaimana pendapat Syarah dan Kedudukan Abu Daud?
12. Apa Syarah Sunan Abu Daud?
13. Bagaimana Kedudukan Imam Abu Daud?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Riwayat Hidup atau Biografi Imam Abu Daud.
2. Untuk mengetahui Silsilah-silsilah yang ada dalam kehidupan Imam Abu Daud.
3. Untuk mengetahui serta mengingat tanggal kelahiran Imam Abu Daud.
4. Untuk mengetahui sejarah Imam Abu Daud dalam Menuntut Ilmu.
5. Menjelaskan karya-karya yang pernah dibuat oleh Imam Abu Daud.
6. Untuk Mengetahui Madhab Imam Abu Daud.
7. Untuk mengetahui serta memahami sejarah Penulisan Kitab Imam Abu Daud.
8. Untuk mengetahui Sistematika Penulisan Kitab sunan Abu Daud.
9. Menjelaskan isi kitab Imam Abu Daud secara singkat.
10. Untuk mengetahui Derajat Hadist Imam Abu Daud.
11. Untuk mengetahui pendapat Syarah dan Kedudukan Abu Daud.
12. Untuk mengetahui Syarah Sunan Abu Daud.
13. Untuk mengetahui Kedudukan Imam Abu Daud.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Abu Daud
1. Silsilah Abu Daud
Beliau adalah Al-Imam Ats Tsabai Sayyidu Hufadz Sulaiman Ibnu Asy atas Ibn Ishaq Ibn Bisyri bin Syaddad bin Amar Bin Imron Al-Azdi as Sijistani, beliau adalah seorang hafidz yang terkemuka, seorang imam hadits disamping kepribadiannya yang wara, taat beribadah dan sangat mendalam pemahaman ajaran beliau merupakan penulis kitab semua yang telah populer.
Beliau menikah dan mempunyai beberapa orang putra salah satu putra beliau yaitu Abu Bakar Abdullah Bin Abu Daud bisa pergi bersama beliau untuk menghadiri halaqah yang digelar oleh para ulama, putera beliau juga seorang imam hadits dilahirkan tahun 230 H dan wafat tahun 316 H.
Beliau menikah dan mempunyai beberapa orang putra salah satu putra beliau yaitu Abu Bakar Abdullah Bin Abu Daud bisa pergi bersama beliau untuk menghadiri halaqah yang digelar oleh para ulama, putera beliau juga seorang imam hadits dilahirkan tahun 230 H dan wafat tahun 316 H.
2. Kelahiran dan Wafat
Beliau dilahirkan di Sijistan pada tahun 202 H = 817 M setelah penu dengan kegiatan ilmu, mengumpulkan dan menyebarluaskan hadits, Abu Daud Wafat di Bashrah pada usia 73 tahun. Beliau wafat pada hari Jum’at 16 Syawal tahun 275 H = 889 M. Beliau dimakamkan di samping makam Sufyan Ats-Tsaury, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada beliau.
3. Keilmuan
Beliau meriwayatkan hadits dari Abdullah Ibn Maslamah. Al-Wa’nabi, Abdul Walid Ath-Thayalist, Abu Amar Al-Haudiy, Ibrahim Ibnu Musa, Al-Farra, Abu Bakar Ibn Abi Syaibah, Utsman Ibnu Abi Syaibah, Ahmad Ibnu Shalih, Ahmad Ibn Hambal, Yahya Ibn Ma’in, Ishaq Ibn Rahawaih, Abu Tsaur, Qutaibah Ibn Said, dan lain-lain. Sebagian gurunya ada yang menjadi guru Bukhari dan Muslim seperti Ahmad Ibn Hanbal, usman Bin Abu Syaibah dan Qutaibah Bin Said.
4. Murid-muridnya
Ulama yang pernah menjadi muridnya dan meriwayatkan hadits-hadits antara lain :
Abu Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman dan Nasai putranya sendiri. Abu Bakar Bin Abu Daud, Abu Awanah, Yaqub Ibn Ishaq Al-Isfirayini, Ahmad Bin Muhamad Bin Abi Bakar Bin Abdur Rozzaq Ibn Dasah At-Tammar dan Abu Ali Muhammad Bin Ahmad Ibn Amar Al Lu’lui.[3]
B. Karya-karya Abu Daud
Abu Daud meninggalkan banyak karya, khususnya dalam bidang Hadits dan sebagian Ilmu Syariah pada umumnya karya-karya beliau tersebut ialah :
1) Al-Maros
2) Masail Al Imam Ahmad
3) An Nasikh Wa Mansukh
4) Risalah Fi Washfi Kitab Al Sunan
5) Al Zuhd
6) Ijabat An Sawalat Al-Ajuri
7) Asilah An Ahmad Bin Hanbal
8) Tasmiyat Al-Akhwan
9) Kaul Qadr
10) Al-Ba’tswa Al Nusyur
11) ‘Ilallati Halafa ‘Alaih Al Imam Ahmad
12) Dalail An Nubuwwat
13) Fadha I’l Al Anshar
14) Musnad Malik
15) Ad Du’a
16) Ibtida Al Wahyi
17) At Tafarrud Fi Al Sunan
18) Akhbar Al Khawariy
19) A’alam An Nubuwat
20) Sunan Abu Daud[4]
C. Madhabnya
Syaikh Abu IshaqAs Syairazi dalam Tabaaiatul Fuqaha menggolongkan Abu Daud sebagai murid Imam Ahmad bin Hambal, begitu pula Qori Abdul Husain Muhammad Bin Qadi Abu Ya’la yang termaktub dalam kitab Tabaqatul Hanabilah. Penilaian ini disebabkan Imam Ahmad adalah guru Abu Daud yang istimewa ada yang mengatakan bahwa dia bermazhab Syafi’i.
D. Sejarah Penulisan Kitab Sunan Abu Daud
Ada suatu kepastian bahwa beliau telah belajar Al-Qur’an dan literatur (bahasa) arab, serta sejumlah materi lainnya. Sebelum beliau memulai belajar hadits, kondisi seperti ini merupakan tradisi yang merakyat pada saat itu beliau melakukan rihlah sangat intensif sekali untuk mempelajari hadits.
Sebelum dewasa, beliau sudah mempersiapkan diri untuk melanglang ke berbagai negeri. Dia belajar hadits dari para ulama yang ditemaninya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah Sagar, Khurasan, dan negeri lainnya. Pengembaraannya ke beberapa negeri itu mendapatkan hadits sebanyak-banyaknya, kemudian hadits itu disaring lalu ditulis pada kitab sunan.
Beliau menghabiskan waktunya selama 20 tahun di kota Tursusu, beliau berhasil meraih reputasi yang luas selama hidupnya. Pada saat Bashroh mengalami kegersangan akibat gangguan (serbuan) Zanji pada 257 H Gubernur Abu Ahmad pergi meminta mengunjungi Abu Daud di rumahnya di Baghdad dan meminta beliau pindah menetap di sana dengan harapan, kota yang gersang itu dapat direhabilitasi deengan kehadiran beliau dan dengan berkumpulnya para ulama dan murid-muridnya di sana.
Para ulama sangat menghormati, kemampuan adalah kejujuran dan ketakwaan beliau yang luar biasa. Abu Daud tidak hanya seorang perowi, pengumpul dan penyusun hadits tetapi juga ahli hukum yang handal dan kritikus hadits yang baik. Pada saat mengkritik mengkritik hadits Abu Daud biasanya memeriksa materi tertulis.
Sebelum Abu Daun menyusun kitab Jami, Kitab Musnad dan lain-lain yang isinya masih tercampur antara hadits-hadits hukum dengan hadits-hadits tentang ahlaq, cerita, berita dan nasihat-nasihat sedangkan kitab yang hanya mengandung hadits hukum saja. Abu Daud menemukan apa yang tidak ditemukan oleh ulama-ulama lain.
E. Sistematika Penulisannya
Cara penulisan haditsnya ialah kalau hadits yang ditulis itu terdapat kelemahan mana ia menjelaskan dimana letak kelemahannya itu, sedangkan kalau hadits itu haditsyang shoheh maka beliau tidak memberikan komentar, beliau membukukan hadits tersebut sebagai ganti opini khusus dari para ulama terdahulu Beliau menyelesaikan sebanyak 4800 hadits dari 500.000 hadits Dari kenyataan itu memberi petunjuk bahwa Abu Daud sangat teliti dalam menyaring Hadits.
Abu Daud menyusun kitab yang khusus memuat sunnah dan hadits hukum, karena itu hadits yang diriwayatkan dari sudut sanad sangatlah berarti untuk saling menunjang terhadap hadits yang bertema sama. Abu Daud membagi kitab-kitab sanadnya dalam beberapa kitab. Setiap kitab dibagi menjadi beberapa bab, jumlah kitab sebanyak 35 buah diantaranya ada 3 kitab yang tidak dibagi ke dalam bab-bab sedangkan jumlah bab sebanyak 1871 buah.
F. Isi kitab Imam Abu Daud
Menerangkan tentang hukum-hukum juga mengungkapkan hadits-hadits para Romawi yang tercela (dhoif) yang di dalamnya terdapat faham Ahli Irak, Mesir, Magrib, dan Negara-Negara Islam lainnya.
G. Derajat Hadist Abu Daud
Jumlah ulama hadits menetapkan kitab sunan Abu Daud sebagai kitab hadits yang status standar pada peringkat ketiga. Haditsnya yang berjudul Sunan Abu Daud diakui sebagai karya paling klasik yang menjadi pegangan para ulam haidts pada masa sesudahnya.
Al Hafid Abu Sulaeman Al-Khitabhi dalam pendahuluan kitab maalimus sunan menuturkan : “Ketahuilah bahwa kitab as sunan karya Abu Daud merupakan kitab hadits yang baik, yang tidak dapat diimbangi oleh kitab lain Kitab ini telah mendapat respon yang baik dari umat Islam dan dapat menyelesaikan perselisihan di kalangan ulama dari ahli fiqih.
Ibnu Al Arabi slah seorang perowi kitab as sunan menyatakan “Seandainya ada orang yang memiliki ilmu sedikitpun selain mushaf dan Sunan Abu Daud maka ia tidak memerlukan yang lain” sedangkan menurut imam Abu Hamid Al-Ghazali “Kitab Sunan Abu Daud dapat dijadikan acuan bagi seorang mujahid yang ingin mengetahui hukum agama dengan haditsnya”. Ibu Qoyim menuturkan “Ketika kitab Sunan Abu Daud mendapat simpati dari ulama islam sebagai anugerah Allah terhadap penulisannya, kitab ini dapat mengompromi perselisihan mereka termasuk para penulis muslim”. Ali bin Hasan komentar bahwa beliau telah mempelajari kitab tersebut, Kitab Sunan ini adalah salah satu dari kitab terbaik dan terlengkap dalam bidang hadits hukum dan menempati posisi pertama setelah Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.[5]
H. Pendapat Syarah dan Kedudukan Abu Daud
Menurut beliau (Imam Abu Duad) setelah Al-Qur’an beliau belum mengetahui kitab yang harus dipelajari selain kitab sunannya. Empat hadits dari kitab itu sudah cukup menjadi pegangan beragama bagi setiao orang diantaranya (salah satunya) :
Artinya :
Sesungguhnya segala perbuatan itu hanya menurut niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya pula dan barangsiapa yang hijrah karena untuk mendapatkan dunia atau karena perempuan yang ingin dikawininya maka hijrahnya hanyalah kepada apa yang ia hijrah kepadanya.
Artinya :
Termasuk dari kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan yang tidak berguna baginya.
Pernyataan Abu Daud itu dapat diberi penjelasan sebagai berikut : Adalah ajaran dasar tentang niat dan keikhlasan yang menjadi dasar utama dalam setiap amal yang bersifat agama maupun dunia
Hadits kedua adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk melakukan setiap yang bermanfaat bagi agamanya dan dunianya.
1. Syarah Sunan Abu Daud
Banyak ulama yang menulis kitab Syarah Sunan Abu Daud, kitab syarahnya adalah :
1) Ma’aalimus Sunan
2) Ainul Ma’bud ‘Ala Sunan Abi Daud
3) Al Manhatu ‘Azba Al Maurud Syarhusunaah Abu Daud
2. Kedudukan Abu Daud
Adalah seorang tokoh ahli hadits yang menghafal dan memahami hadits beserta ilatnya Al-Hafid Musa bin Harun berkata :
“Abu Daud diciptakan di dunia untuk hadits dan diakhirat untuk Surga”, para ulama memuji Abu Daud dan mengatakan bahwasanya beliau adalah seorang penghafal hadits yang sempurna, seorang yang mempunyai ilmu yang banyak faham yang tajam, baik dalam bidang hadits maupun yang lain. Pengakuan ulama tentang keahliannya di bidang hadits sangat beralasan untuk menempatkan abu Daud sebagai imam muhaddits ahli hadits yang besar dan terpercaya.
[1] Ash-Shiddieq. Y. Hasbi, Muhamad. Sejarah Perkembangan Hadits. Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1988, hlm, 99
[2] Ibid, hlm, 101
[3] Syu’bah. Abu Muhammad, Muhammad, DR. Kutubussitah. Surabaya : Pustaka Progresif, 1999, hal 79
[4] Ibid, hlm, 87
[5] Al-Hasani, Al-Maliki, Bin Alawi Muhammad Sayid Mutiara Pokok Ilmu Hadits. Bandung : Trigenda Karya, 1995,hlm, 95
Tidak ada komentar:
Posting Komentar